Senin, 07 Oktober 2013

Bidang Usaha Yang Prospektif: Budidaya Kroto

Pernah mendengar istilah Kroto? Kroto adalah campuran dari larva dan puppa semut penganyam Asia, atau semut rangrang. Campuran larva dan puppa semut rangrang ini cukup terkenal di Indonesia sebagai umpan ikan atau makanan tambahan bagi burung kicau. Para pecinta burung memberikan kroto yang kaya vitamin agar kicauan burung mereka semakin merdu. 

Yang mungkin anda tidak sadari, permintaan konsumen terhadap kroto cukup besar, wajar bila akhirnya kroto memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Walaupun permintaan kroro cukup besar namun ketersediaan kroto di pasaran cukup terbatas. Inilah yang membuat budidaya kroto patut dilirik oleh anda yang ingin berwirausaha. 


Umumnya, masyarakat yang mencari kroto harus selalu ke hutan mencari sarang semut rangrang. Dan hal itu cukup sulit karena beberapa faktor: Pertama, jarak yang jauh. Kedua, sarang semut akan berpindah-pindah setelah dipanen karena merasa habitat mereka diganggu. Ketiga, faktor cuaca bila musim hujan tiba. Keempat, tidak semua orang dapat melakukannya karena harus menggunakan sengget dan besek plastik untuk wadah kroto setelah dipanen dari pohon. Kelima, dengan cara seperti itu sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tinggi. Dan yang terakhir, cukup berbahaya. 


Namun saat ini, para peternak kroto membuat penangkaran dimana semut-semut ini dapat bersarang dan beternak didalamnya. Bibit semut rangrang dan telurnya (kroto) memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga bisa memberikan keuntungan besar bagi pelakunya dan menjaga kelestarian hutan sebagai habitat semut tersebut karena tidak merusak pohon.


Sebagai contoh, untuk tahap awal pemula hanya membutuhkan 100 hingga 300 toples bibit sarang semut rangrang ini dengan kisaran harga per toples sekitar Rp 65.000,00. Jadi dengan asumsi 100 toples saja hanya mengelurkan modal Rp 6.500.000,00 ditambah dengan tambahan alat-alat lain diperkirakan total modal yang dibutuhkan sekitar Rp 8.500.000,00. Cukup terjangkau karena investasi di awal bisa untuk waktu yang cukup lama dan BEP yang relatif singkat saja. Sedangkan untuk kebutuhan operasional seperti pakan, hanya 10% dari total keuntungan. Sangat efisien jika dibandikan dengan bisnis budidaya hewan lainnya.


Untuk analisa perhitungan keuntungan adalah per 10 toples mampu menghasilkan 5 ons kroto, dengan asumsi per ons Rp 25.000,00 sampai Rp 30.000,00. Jadi untuk per kg bisa mencapai kisaran harga hingga Rp 250.000,00, dengan asumsi 100 toples menghasilkan 5 kg kroto siap jual maka Anda bisa meraup total omzet sebesar Rp 1.250.000,00 setiap kali panen.

Atau jika anda mahasiswa seperti saya dan tidak mempunyai modal banyak atau ragu mengeluarkan uang sebanyak itu, anda dapat memulai dengan satu atau dua toples terlebih dahulu untuk mempelajari cara beternak yang benar, barulah mengembangkan bisnis anda dari situ. Untuk detil cara ternaknya anda bisa minta bantuan om Google ;)

Anda tertarik untuk memulai bisnis kroto anda sendiri? Dengan modal yang terjangkau, lahan yang tidak terlalu besar, dan biaya operasional yang cukup minim, budidaya kroto tentulah menjadi sesuatu yang pantas dilirik. Bagi anda yang ingin memulai usaha, kroto mungkin menjadi tempat yang tepat bagi anda untuk memulai. 

1 komentar: