Badai terkuat yang pernah ada di dunia menghajar Filipina hari Jumat (8/11) memaksa jutaan orang mengungsi, memutus pasokan listrik dan menerbangkan bagian-bagian rumah penduduk. Badai kategori lima itu melewati ujung utara provinsi Cebu dan menuju barat pulau Boracay – keduanya dikenal sebagai lokasi tujuan wisata – setelah menghantam kepulauan tengah Leyte dan Samar dengan kecepatan hampir 300 kilometer per jam dan menciptakan gelombang ombak setinggi 5 sampai 6 meter.
Paling sedikit empat orang tewas dan tujuh lainnya terluka, demikian menurut pemerintah Filipina. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Listrik dan jalur komunikasi di tiga provinsi pulau besar Samar, Leyte dan Bohol hampir putus total, tapi pemerintah berjanji akan memulihkannya dalam waktu 24 jam.
Pemerintah mengingatkan bahwa lebih dari 12 juta orang terancam, termasuk warga Cebu yang berpenduduk 2,5 juta jiwa, serta berbagai daerah yang masih belum pulih akibat gempa 7,2 skala richter yang terjadi bulan lalu.
“Topan super kelihatannya telah mengakibatkan longsor dengan angin mendekati 195 kilometer per jam. Ini membuat Haiyan memecahkan rekor badai tropis karena mengakibatkan tanah longsor,” kata Jeff Masters, direktur metereologi Weather Underground yang berbasis di Amerika.
Topan dan badai sebesar itu bisa menghancurkan shelter atau tempat perlindungan badai akibat tekanan tinggi yang tercipta, yang bisa menyedot tembok dan menerbangkan atap-atap bangunan.
”Seluruh listrik di seluruh pulau dan jalan-jalan mati,” kata Lionel Dosdosa, dari International Organization for Migration di pulau Bohol, yang menjadi pusat gempa 15 Oktober silam yang menewaskan 222 orang dan memaksa ratusan ribu lainnya mengungsi.
”Suasana gelap dan suram, berganti-ganti antara gerimis dan hujan berat,” kata dia.
Sekitar satu juta orang menyelamatkan diri di tempat perlindungan di 29 provinsi, setelah pemerintah Filipina menyerukan warga yang dilewati Haiyan untuk meninggalkan rumahnya di daerah-daerah rawan sepanjang bantaran sungai, desa-desa pantai dan lereng-lereng pegunungan.
Roger Mercado, gubernur provinsi selatan Leyte, lewat radio menggambarkan: “(Badai) Sangat kuat, listrik mati dan semua jalan tak bisa dilewati karena pohon-pohon tumbang. Kami hanya bisa berdoa.”
Biro cuaca milik pemerintah Filipina mengatakan Haiyan diperkirakan akan berlalu dari Filipina pada hari Sabtu dan keluar melalui Laut Cina Selatan, di mana diperkirakan badai itu akan semakin kuat dan mengancam Vietnam dan Cina.
Rekor topan atau badai atau paling kuat yang mengakibatkan tanah longsor adalah Badai Camille pada 1969, yang menghantam Mississippi dengan kecepatan angin 305 kilometer per jam, demikian menurut data Weather Underground.
Tahun lalu, topan Bopha meratakan tiga kota pantai di Mindanao, membunuh 1.100 orang dan menyebabkan kerusakan yang diperkirakan bernilai 1,04 milyar dollar.
Penyaluran bantuan masih tersendat beberapa hari setelah badai "Haiyan" di Filipina. Kerusakan pada infrastruktur utama memperlambat penyaluran bantuan dikarenakan adanya kerusakan parah pada bandar udara, pelabuhan dan jalan-jalan utama.S edikitnya 10.000 korban tewas tercatat di povinsi Leyte. Sementara di pulau Samar sekitar 300 orang tewas dan 2000 lainnya masih dinyatakan hilang. 800.000 penduduk sempat dievakuasi, lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal.
Palang Merah Internasional melaporkan, kerusakan di kota Tacloban mencapai 80 persen. Menara dan bandar udara hancur. Beruntung pesawat militer masih bisa mendarat di landasan yang sebagian belum dibersihkan. "Kerusakannya sangat parah," kata Jericho Petilla, bekas gubernur Leyte kepada salah satu stasiun radio nasional.
Kerusuhan dan penjarahan merajalela di pusat kota. "Toko-toko dijarah dan penduduk berusaha merusak mesin ATM," kata Roger Marcado, Gubernur Provinsi Leyte Selatan yang terletak bersebelahan.
"Kerusakan di Tacloban mengejutkan," ujar Preveen Agrawal dari Program Pangan Dunia PBB (WFP) usai mengunjungi kota tersebut. Organisasi dunia itu berencana menerbangkan 40 ton makanan ringan dari Dubai ke Filipina. Makanan energi tinggi itu sejauh ini terbukti berguna di kawasan bencana lantaran tidak perlu dimasak dan awet,
Menurut WFP makanan ringan itu mengandung 450 kilo kalori dan sedikitnya 10 gram protein pada setiap kemasan 100 gram.
Palang Merah menyerukan penduduk agar memberikan sumbangan ke lokasi bencana. Organisasi itu juga mengumpulkan sukarelawan. Perusahaan logistik lokal 2Go menawarkan transportasi gratis untuk barang-barang bantuan, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Indonesia, Singapura dan Selandia Baru telah menjanjikan bantuan.
0 komentar:
Posting Komentar